Kepercayaan pada Dewa
Kepercayaan pada Dewa
~ Ven. Sri Dhammananda
Buddhisme tidak menyangkal keberadaan berbagai dewa atau dewi.
Para dewa lebih beruntung daripada manusia dalam hal kenikmatan indria. Mereka juga memiliki kekuatan tertentu yang biasanya tidak dimiliki manusia. Namun, kekuatan para dewa ini terbatas karena mereka juga merupakan makhluk sementara. Mereka ada di tempat tinggal yang bahagia dan menikmati hidup mereka untuk waktu yang lebih lama daripada manusia. Ketika mereka telah menghabiskan semua kamma baik, yang telah mereka kumpulkan selama kelahiran sebelumnya, para dewa ini meninggal dunia dan terlahir kembali di tempat lain sesuai dengan kamma baik dan buruk mereka. Menurut Sang Buddha, manusia memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengumpulkan pahala untuk dilahirkan dalam kondisi yang lebih baik, dan para dewa memiliki lebih sedikit kesempatan dalam hal ini.
Buddhis tidak mengaitkan kepentingan khusus apa pun dengan dewa-dewi semacam itu. Mereka tidak menganggap para dewa sebagai penopang perkembangan moral atau sebagai penopang pencapaian keselamatan Nibbana. Apakah mereka besar atau kecil, baik manusia maupun dewa dapat binasa dan tunduk pada kelahiran kembali.
Sudah menjadi kepercayaan umum di antara masyarakat Buddhis bahwa dewa-dewi tersebut dapat dipengaruhi untuk memberikan bantuan mereka dengan mentransfer jasa kepada mereka setiap kali perbuatan baik dilakukan. Keyakinan ini didasarkan pada perintah Sang Buddha kepada para dewa untuk melindungi manusia yang menjalankan cara hidup religius. Ini adalah alasan mengapa Buddhis mentransfer pahala kepada dewa-dewa tersebut atau mengingat mereka setiap kali mereka melakukan perbuatan baik.
Akan tetapi, membuat persembahan dan memuja dewa-dewi semacam itu tidak dianjurkan, meskipun beberapa kebiasaan Buddhis berpusat pada kegiatan semacam itu. Ketika orang berada dalam kesulitan besar, mereka secara alami berpaling kepada dewa untuk mengungkapkan keluhan mereka di tempat ibadah. Dengan melakukan ini, mereka mendapatkan kelegaan dan penghiburan; dalam hati mereka, mereka merasa jauh lebih baik. Namun, bagi seorang intelektual yang memiliki kemauan yang kuat, pendidikan dan pemahaman yang baik, keyakinan dan tindakan seperti itu tidak perlu dilakukan.
Jelas tidak ada Ajaran dalam Buddhisme yang menyatakan bahwa umat Buddha dapat mencapai Nibbana dengan berdoa kepada dewa apa pun. Umat Buddha percaya bahwa 'kemurnian dan kenajisan bergantung pada diri sendiri. Tak seorang pun dari luar dapat menyucikan yang lain.' (Dhammapada 165)
Kebuddhaan dan Nibbana dapat dicapai tanpa bantuan apapun dari sumber eksternal. Oleh karena itu, umat Buddha dapat mempraktikkan agamanya dengan atau tanpa dewa.
Comments
Post a Comment