Apakah ada Jiwa Abadi?
Apakah ada Jiwa Abadi?
~ Ven. Dr Sri Dhammananda
Keyakinan pada jiwa yang kekal adalah kesalah pahaman tentang kesadaran manusia.
Berkenaan dengan teori jiwa, ada tiga jenis guru di dunia:
Guru pertama mengajarkan keberadaan entitas-ego abadi yang hidup lebih lama dari kematian: Dia adalah penganut keabadian.
Guru kedua mengajarkan suatu entitas ego sementara yang menjadi musnah pada saat kematian: Ia adalah materialis.
Guru ketiga tidak mengajarkan entitas ego yang abadi maupun sementara: Beliau adalah Buddha.
Sang Buddha mengajarkan bahwa apa yang kita sebut ego, diri, jiwa, kepribadian, dll., hanyalah istilah konvensional yang tidak mengacu pada entitas yang nyata dan mandiri. Menurut Buddhisme tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada jiwa abadi yang berasal dari surga atau yang diciptakan dengan sendirinya dan yang akan berpindah atau langsung menuju ke surga atau neraka setelah kematian. Umat Buddha tidak dapat menerima bahwa ada sesuatu di dunia ini atau dunia lain mana pun yang abadi atau tidak dapat diubah. Kami hanya berpegang teguh pada diri kami sendiri dan berharap menemukan sesuatu yang abadi. Kami seperti anak-anak yang ingin menggenggam pelangi. Bagi anak-anak, pelangi adalah sesuatu yang hidup dan nyata; tetapi orang dewasa tahu bahwa itu hanyalah ilusi yang disebabkan oleh sinar cahaya tertentu dan tetesan air.
Manusia telah melakukannya dengan baik tanpa menemukan jiwa. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau kemerosotan karena tidak bertemu dengan jiwa manapun. Tidak ada manusia yang menghasilkan sesuatu untuk mempromosikan umat manusia dengan mendalilkan jiwa dan pekerjaan imajinernya. Mencari jiwa dalam diri manusia seperti mencari sesuatu di ruangan kosong yang gelap. Tetapi orang malang itu tidak akan pernah menyadari bahwa yang dicarinya tidak ada di dalam kamar. Sangat sulit untuk membuat orang seperti itu memahami kesia-siaan pencariannya.
Mereka yang percaya akan adanya jiwa tidak dalam posisi untuk menjelaskan apa dan di mana itu. Nasehat Sang Buddha adalah jangan membuang waktu kita untuk spekulasi yang tidak perlu ini dan curahkan waktu kita untuk memperjuangkan keselamatan kita.
Ketika kita telah mencapai kesempurnaan maka kita akan dapat menyadari apakah jiwa itu ada atau tidak.
Sang Buddha menganggap spekulasi jiwa sebagai tidak berguna dan ilusi. Dia pernah berkata, 'Hanya melalui ketidaktahuan dan delusi manusia menikmati mimpi tentang jiwa mereka adalah entitas yang terpisah dan ada dengan sendirinya. Hati mereka masih melekat pada Diri. Mereka cemas tentang surga dan mereka mencari kesenangan Diri di surga. Dengan demikian mereka ⁶tidak dapat melihat kebahagiaan kebenaran dan keabadian kebenaran.'
Ide-ide egois muncul dalam pikiran manusia karena konsepsinya tentang Diri dan keinginan untuk hidup.
Comments
Post a Comment