My opinion : Change

Satu-satunya yang abadi di dunia ini adalah Anica (ketidakkekalan). Semua yang ada di dunia ini akan berubah kecuali perubahan itu yang akan ada sampai jaman apapun. 
Sehat - sakit
Lahir - mati 
Ada - Tiada
Diberi - kehilangan
Sukha - Dukha
Siang - malam

Inilah salah satu sumber penderitaan manusia. Manusia cenderung untuk menetap di comfort zone. Kita tidak suka pada perubahan. Banyak orang yang sakit bertanya pada Tuhan. Tuhan mengapa saya diberi sakit. Namun sedikit yang bertanya Tuhan mengapa saya diberi sehat. Atau jarang ada orang sakit pergi ke dokter dan mereka mrngatakan "Dokter tubuh saya normal ternyata saya bisa sakit lho". Mereka biasanya mengatakan "Dokter ada yang tidak beres dengan tubuh saya". Kita bisa bersyukur atas kesehatan kita karena kita tau merasakan sakit

Cara untuk tidak menderita adalah 
Menyesuaikan diri dengan setiap perubahan
Menerima setiap perubahan yang ada enak tidak enak. Siap tidak siap
Dengan kata lain tidak melekat

Menderita itu pilihan. Sakit bila dia mau menerima rasa sakit itu tanpa melawan dia tidak menderita. Seperti kisah Yesus yang disalibkan dia merasakan sakit tapi dia tidak menderita. Orang yang menderita ga mungkin mendoakan orang lain seperti "Bapa maafkan mereka, mereka tidak tau apa yang mereka lakukan". Sakit itu fisik sedangkan menderita itu mental

Orang seringkali berdoa meminta kemenangan. Dibalik doa itu mereka juga mendoakan orang lain kalah kan. Jadi semua perubahan yang terlihat berlawanan tidak lain hanyalah 2 sisi coin yang berbeda dari coin yang sama. Tidak bisa mengambil 1 sisinya saja. 

Kita sering menderita karena kehilangan sesuatu yang kita anggap menyenangkan padahal sesuatu itu hanya ilusi belaka. Hanya persepsi kita yang menganggap itu menyenangkan. 

Terima perubahan dan belajar menyesuaikn diri tehadap perubahan

Saya ada artikel bagus tentang perubahan tulisan dari Joko Tingkir

*Ketidakkekalan* Hidup tidaklah memuaskan karena ia selalu berubah. Ia tidak memiliki inti kekal yang selalu kita harapkan bisa kita pegang. Kita menginginkan rasa aman, dan kita percaya bahwa kebahagiaan akan kita peroleh dari rasa aman kita. Dan oleh karenanya, kita mencoba menjadikan segala hal menjadi kekal. Sesungguhnya, tak ada sesuatu pun yang tetap sama walaupun hanya sekejap. Hidup seperti sungai, selalu mengalir. Orang yang sama tak akan pernah melangkah menuju sungai sebanyak dua kali. Segalanya berubah. Dan karenanya, kita menderita jika kita menolaknya. Segalanya berubah, dari waktu ke waktu dan ke waktu lain. Bahkan dalam ilmu fisika, kita belajar bahwa objek-objek yang terlihat padat dan stabil pun sesungguhnya berada dalam kondisi bergerak. Objek-objek tidaklah stabil, dan mereka tidaklah bersifat tetap dan kekal, walaupun Indra- Indra kita mengelabui kita seolah-olah mereka bersifat kekal. Bahkan pada tingkatan sel sekalipun, selama waktu yang telah berlangsung, sel-sel bertumbuh dan mati; mereka selalu berubah, dan batin kita juga selalu berubah, dari waktu ke waktu dan ke waktu lain. Walaupun kita mencoba mengekalkan segala hal dan mempertahankan mereka untuk tidak berubah karena hal tersebut membuat kita merasa aman, kita tak bisa melakukan hal itu. Itu hanyalah delusi. Bahkan jika kita mencoba untuk bertahan dalam sungai kehidupan kita, ia akan mengalir juga. Kita tak dapat berpegangan pada sungai itu dengan menggenggam nya erat-erat. Cara yang benar menangkap sungai itu adalah dengan memegangnya dengan ringan. Sebenarnya kita tidak perlu menderita, ketika kita menderita, kita menderita karena pikiran- pikiran kita menipu kita dan karena kita tidak melihat segala hal seperti apa adanya. Kita memiliki rasa takut, takut akan kehilangan, dan kita berduka pada saat kita kehilangan. Tetapi sudah merupakan sifat dari dari segala hal, yaitu berada di tempat untuk suatu waktu, dan kemudian pergi. Segala sesuatu terus mengalir secara konstan, timbul dan lenyap secara konstan, bagaikan suatu tarian. Dan kita harus memberi kesempatan bagi setiap hal untuk menarikan tarian nya. Segalanya sedang menari; bahkan molekul-molekul di dalam sel pun sedang menari. Begitulah sifat segala hal. Oleh karena itu, kita harus tahu bagaimana cara memegang hal-hal dengan ringan, dan dengan kegembiraan. Hal ini membuat kita terbuka terhadap aliran kehidupan. Ketika kita mencoba mengekalkannya, kita kehilangan banyak hal. Hal ini bukan berarti kita melepaskan hubungan kita, berhenti melakukan profesi kita, atau melepas keluarga kita atau rumah kita. Bukanlah perubahan eksternal seperti itu yang dimaksud. Tetapi suatu perubahan dalam sikap mental kita. Suatu perubahan dari menggenggam erat-erat menjadi menggenggam dengan ringan. Biasanya orang-orang berpikir bahwa perubahan konstan adalah hal yang menakutkan. Tetapi, begitu kita benar-benar paham bahwa sudah merupakan sifat alamiah dari segala hal untuk mengalir, berubah, maka kita menjadi seimbang dan terbuka serta bisa menerima itu. Ketika kita berusaha membendung aliran air, maka aliran air pun menjadi sangat mampat. Kita harus membiarkan segalanya mengalir, maka air pun menjadi selalu segar dan jernih. Joko Tingkir

Terinspirasi dari tulisan Ajahn Brahm, Gobind Vashdev, dan joko Tingkir

Comments

Popular posts from this blog

HO’OPONOPONO

Antologi Memilih Bertahan

MANGALA SUTTA, Sutra Tentang Berkah Utama (3)