Pelimpahan Jasa

 Pemindahan Pahala/Pelimpahan Jasa

~ Ven. Sri Dhammananda


Jika kita benar-benar ingin menghormati dan membantu orang yang telah meninggal, lakukan beberapa perbuatan baik atas nama mereka dan transfer pahala/limpahkan jasa kepada mereka.

 

Menurut Buddhisme, perbuatan baik membawa kebahagiaan bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat.  Perbuatan baik juga diyakini mengarah pada tujuan akhir berupa kebahagiaan. Perbuatan baik dapat dilakukan melalui tubuh, ucapan atau pikiran. Setiap perbuatan baik menghasilkan 'pahala' yang terakumulasi pada 'penghargaan' pelakunya. Ajaran Buddha juga mengajarkan bahwa pahala yang diperoleh dapat dilimpahkan ke orang lain dan dapat dibagikan secara perwakilan kepada orang lain. Dengan kata lain, pahala adalah 'berbalik' dan dapat dibagi dengan orang lain. Orang yang menerima pahala dapat berupa orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal.

 

Metode untuk melimpahkan jasa cukup sederhana. Pertama beberapa perbuatan baik dilakukan. Pelaku perbuatan baik hanya berharap agar pahala yang diperolehnya ditujukan kepada seseorang secara khusus, atau 'semua makhluk'.  Keinginan ini bisa murni mental atau bisa disertai dengan ekspresi kata-kata.

 

Keinginan ini dapat dibuat dengan penerima menyadarinya. Ketika penerima menyadari tindakan atau keinginannya, maka terjadi saling 'bersukacita dalam' jasa. Di sini penerima pelimpahan jasa menjadi peserta dengan mengasosiasikan dirinya sesuai yang membuat pelimpahan jasa. Jika penerima mengidentifikasi dirinya dengan perbuatan baik, dia kadang-kadang dapat memperoleh pahala yang lebih besar daripada pembuat pelimpahan jasa, baik karena kegembiraannya lebih besar atau karena penghargaannya terhadap nilai perbuatan didasarkan pada pemahamannya tentang Dhamma dan, oleh karena itu, teks-teks Buddhis yang lebih berjasa memuat beberapa cerita tentang contoh-contoh seperti itu.


'Kegembiraan pelimpahan jasa/pahala' juga dapat terjadi dengan atau tanpa sepengetahuan pelaku perbuatan baik. Yang diperlukan hanyalah agar penerima merasakan kegembiraan di dalam hatinya ketika dia menyadari perbuatan baik itu. Jika dia mau, dia bisa mengungkapkan kegembiraannya dengan mengatakan 'sadhu' yang artinya 'bagus sekali'. Apa yang dia lakukan adalah menciptakan semacam tepuk tangan mental atau verbal. Untuk berbagi perbuatan baik yang dilakukan oleh orang lain, yang penting adalah bahwa perbuatan itu benar-benar disetujui dan timbul kegembiraan di hati penerima.

 

Bahkan jika dia menginginkannya, pelaku perbuatan baik tidak dapat mencegah orang lain 'bersukacita atas jasa' karena dia tidak memiliki kekuatan atas pikiran orang lain. Menurut Sang Buddha, dalam semua tindakan, pikiranlah yang paling penting. Pelimpahan terutama merupakan tindakan pikiran.

 

Melimpahkan jasa/pahala tidak berarti bahwa seseorang kehilangan pahala yang semula diperoleh melalui perbuatan baiknya. Sebaliknya, tindakan 'pelimpahan' itu sendiri merupakan perbuatan baik dan karenanya meningkatkan pahala yang telah diperoleh.

Comments

Popular posts from this blog

HO’OPONOPONO

Antologi Memilih Bertahan

MANGALA SUTTA, Sutra Tentang Berkah Utama (3)