Sistem Dunia Lain

 Sistem Dunia Lain

~ Ven. Sri Dhammananda

 

Dengan adanya penemuan ilmiah modern, kita dapat menghargai keterbatasan dunia manusia dan hipotesis bahwa sistem dunia lain mungkin ada di bagian lain alam semesta.


Pada kesempatan tertentu, Sang Buddha mengomentari sifat dan komposisi alam semesta. Menurut Sang Buddha, ada beberapa bentuk kehidupan lain yang ada di bagian lain alam semesta. Sang Buddha telah menyebutkan bahwa ada tiga puluh satu alam kehidupan di dalam alam semesta. Yaitu:


4 Keadaan ketidakbahagiaan atau alam sub manusia: (kehidupan di neraka, kehidupan binatang, dunia hantu dan dunia iblis)

1 Dunia manusia.

6 Develoka atau alam surga.

16 Rupaloka atau Alam Bentuk Badan Halus.

4 Arupaloka atau Alam Tanpa Bentuk.

 

Keberadaan sistem dunia lain ini belum dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan modern. Namun, para ilmuwan modern sekarang bekerja dengan hipotesis bahwa ada kemungkinan bentuk kehidupan lain ada di planet lain. Sebagai hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat saat ini, kita mungkin akan segera menemukan beberapa makhluk hidup di planet lain di bagian terjauh dari sistem galaksi. Mungkin, kita akan menemukan mereka tunduk pada hukum yang sama seperti kita. Mereka mungkin secara fisik sangat berbeda baik dalam penampilan, unsur dan komposisi kimianya dan ada dalam dimensi yang berbeda. Mereka mungkin jauh lebih unggul dari kita atau mereka mungkin jauh lebih rendah.


Mengapa planet bumi menjadi satu satunya planet yang mengandung bentuk kehidupan? Bumi adalah titik kecil di alam semesta yang sangat besar. Sir James Jeans, ahli astrofisika terkemuka, memperkirakan seluruh alam semesta sekitar seribu juta kali lebih besar dari luas ruang yang terlihat melalui teleskop.  Dalam bukunya, The Mysterious Universe, dia menyatakan bahwa jumlah total alam semesta mungkin seperti jumlah total butiran pasir di semua tepi laut dunia. Di alam semesta seperti itu, planet Bumi hanya dari matahari yang membutuhkan sepertujuh detik cahaya untuk mencapai bumi, mungkin membutuhkan sekitar 100.000 juta tahun untuk melakukan perjalanan melintasi alam semesta! Begitulah luasnya kosmos.

 

Mengingat penemuan ilmiah modern, kita dapat menghargai keterbatasan dunia manusia. Saat ini, sains telah menunjukkan bahwa dunia manusia kita ada dalam batasan frekuensi getaran yang dapat diterima oleh organ indera kita. Dan sains juga telah menunjukkan kepada kita bahwa ada frekuensi getaran lain yang berada di atas atau di bawah jangkauan penerimaan kita. Dengan ditemukannya gelombang radio, sinar-X, gelombang TV, dan gelombang mikro, kita dapat menghargai penglihatan yang sangat terbatas yang dipaksakan oleh organ indera kita. Kita mengintip alam semesta melalui 'celah' yang dimungkinkan oleh organ indera kita, seperti seorang anak kecil yang mengintip melalui celah pintu.

Mengenai sifat alam semesta, Sang Buddha berkata bahwa awal dan akhir alam semesta tidak dapat dibayangkan.  Umat ​​​​Buddha tidak percaya bahwa dunia akan tiba-tiba berakhir dengan kehancuran total. Tidak ada yang namanya kehancuran total seluruh alam semesta sekaligus. Ketika bagian tertentu dari alam semesta menghilang, bagian lain tetap ada. Ketika bagian lain menghilang, bagian lain muncul kembali atau berevolusi dari materi yang tersebar di alam semesta sebelumnya. Ini dibentuk oleh akumulasi molekul, elemen dasar, gas, dan banyak energi, kombinasi yang didukung oleh impuls kosmik dan gravitasi. Kemudian beberapa sistem dunia baru lainnya muncul dan ada untuk beberapa waktu. Ini adalah sifat dari energi kosmik.

 

Hanya pada kesempatan-kesempatan khusus tertentu, Sang Buddha mengomentari sifat dan komposisi alam semesta. Ketika dia berbicara, Dia harus mengarahkan diri-Nya sendiri ke kapasitas pengertian dari si penanya.  Sang Buddha tidak tertarik dengan spekulasi metafisik semacam ini yang tidak mengarah pada perkembangan spiritual yang lebih tinggi.

 

Umat ​​Buddha tidak sependapat dengan pandangan sebagian orang bahwa dunia akan dihancurkan oleh dewa, ketika ada lebih banyak orang yang tidak beriman dan lebih banyak kerusakan terjadi di antara umat manusia. Berkenaan dengan kepercayaan ini orang bisa bertanya, bukannya menghancurkan dengan kekuatannya, mengapa Tuhan ini tidak bisa menggunakan kekuatan yang sama untuk mempengaruhi orang agar beriman dan menghapus semua perbuatan maksiat dari pikiran manusia? Apakah dewa menghancurkan atau tidak, wajar jika suatu hari akan ada akhir dari segala sesuatu yang muncul. Akan tetapi, dalam bahasa Sang Buddha, dunia tidak lebih dari kombinasi, keberadaan, pelenyapan, dan penggabungan kembali pikiran dan materi (nama-rupa).

 

Pada analisis terakhir, Ajaran Sang Buddha melampaui penemuan penemuan ilmu pengetahuan modern betapapun mengejutkan atau mengesankannya penemuan-penemuan itu. Dalam sains, pengetahuan tentang alam semesta adalah untuk memungkinkan manusia menguasainya demi kenyamanan material dan keselamatan pribadinya. Tetapi Sang Buddha mengajarkan bahwa tidak ada jumlah pengetahuan faktual yang pada akhirnya akan membebaskan manusia dari penderitaan hidup. Dia harus berusaha sendiri dan rajin sampai dia mencapai pemahaman yang benar tentang sifatnya sendiri dan tentang sifat kosmos yang dapat berubah. Untuk benar-benar bebas, seseorang harus berusaha untuk menjinakkan pikirannya, untuk menghancurkan keinginannya akan kenikmatan indria. Ketika seseorang benar-benar memahami bahwa alam semesta yang dia coba taklukkan tidak kekal, dia akan melihat dirinya sebagai kincir angin yang berputar mengisi dan mengosongkan tempat air nya.

Comments

Popular posts from this blog

HO’OPONOPONO

Antologi Memilih Bertahan

MANGALA SUTTA, Sutra Tentang Berkah Utama (3)