Sebab Kematian

 SEBAB-SEBAB TERJADINYA KEMATIAN

~ Ven. Dr. K Sri Dhammananda


Menurut agama Buddha, kematian dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

(i) Kematian yang disebabkan oleh habisnya masa hidup sesuatu makhluk tertentu. Kematian semacam ini disebut “AYU-KHAYA”.

(ii) Kematian yang disebabkan oleh habisnya tenaga karma yang telah membuat terjadinya kelahiran dari makhluk yang meninggal tersebut. Hal ini disebut“KAMMA-KHAYA”.

(iii) Kematian yang disebabkan oleh berakhirnya kedua sebab tersebut di atas, yang terjadi secara berturut-turut. Disebut “UBHAYAKKHAYA”.

(iv) Kematian yang disebabkan oleh keadaan luar, yaitu: kecelakaan, kejadian-kejadian yang tidak pada waktunya, atau bekerjanya gejala alam dari suatu karma akibat kelahiran terdahulu yang tidak termasuk dalam butir (iii) di atas. Disebut“UPACHEDAKKA”.


Ada suatu perumpamaan yang tepat sekali untuk menjelaskan keempat macam kematian ini, yaitu perumpamaan dari sebuah lampu minyak yang cahayanya diibaratkan sebagai kehidupan. Cahaya dari lampu minyak dapat padam akibat salah satu sebab berikut ini:


(i) Sumbu dalam lampu telah habis terbakar. Hal ini serupa dengan kematian akibat berakhirnya masa hidup suatu makhluk.

(ii) Habisnya minyak dalam lampu seperti halnya dengan kematian akibat berakhirnya tenaga karma.

(iii) Habisnya minyak dalam lampu dan terbakar habisnya sumbu lampu pada saat bersamaan, sama halnya seperti kematian akibat kombinasi dari sebab-sebab yang diuraikan pada butir (i) dan (ii) di atas.

(iv) Pengaruh dari faktor luar, misalnya ada angin yang meniup padam api lampu. Sama halnya seperti kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar.


Oleh karena itu karma bukan merupakan satu-satunya sebab dari kematian. Dalam Anguttara Nikaya dan Kitab-kitab lainnya, Sang Buddha menyatakan dengan pasti bahwa karma bukan merupakan penyebab dari kematian.

 

Bagaimana cara terbaik bagi seseorang dalam menghadapi peristiwa kematian yang tak terelakkan ini? Terlebih dahulu kita harus menyadari dan merenungkan bahwa kematian akan dan pasti tiba dalam waktu yang cepat atau lambat. Akan tetapi hal ini bukanlah berarti umat Buddha harus memandang kehidupan dengan suram, karena kematian merupakan kenyataan dan harus dihadapi oleh setiap makhluk. Buddha-Dhamma adalah suatu agama atau Ajaran yang dapat diterima oleh akal pikiran dan umat Buddha dilatih untuk menghadapi kenyataan yang kadang-kadang tidak menyenangkan. Guru Nanak berkata: “Dunia mencemaskan kematian, tetapi bagiku kematian itu membawa kebahagiaan”. Hal ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang besar dan mulia tidak takut akan kematian, dan mereka selalu siap menghadapinya. Banyak orang besar yang telah mengorbankan hidup mereka demi kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak.


Nama-nama mereka tercatat dalam sejarah dunia dengan tinta emas. Pemimpin besar Amerika, Saul Alinsky berkata: “Satu hal terpenting yang pernah saya pelajari adalah bahwa saya akan mengalami kematian, dan sekali anda dapat menerima kematianmu sendiri, maka seketika itu juga anda bebas untuk hidup. Anda tidak lagi peduli dan selama hidup dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai suatu tujuan yang anda yakini”. Hal ini merupakan cara pribadi-pribadi besar memandang konsep tentang kematian.

Comments

Popular posts from this blog

HO’OPONOPONO

Antologi Memilih Bertahan

MANGALA SUTTA, Sutra Tentang Berkah Utama (3)