Anatta : Ajaran Tanpa Jiwa
Anatta: Ajaran Tanpa Jiwa
~ Ven. Dr. Sri Dhammananda
Sang Buddha melawan semua teori jiwa dan spekulasi jiwa dengan doktrin Anatta Nya. Anatta diterjemahkan dengan berbagai label: Tanpa jiwa, Tanpa diri dan Tanpa ego.
Untuk memahami doktrin Anatta, seseorang harus memahami bahwa teori jiwa yang kekal 'Saya memiliki jiwa' dan teori material 'Saya tidak memiliki jiwa', keduanya merupakan penghalang menuju keinsafan diri atau keselamatan. Mereka muncul dari kesalah pahaman 'AKU'. Oleh karena itu, untuk memahami doktrin Anatta, seseorang tidak boleh berpegang teguh pada pendapat atau pandangan apa pun tentang teori jiwa; sebaliknya, seseorang harus mencoba melihat segala sesuatu secara objektif sebagaimana adanya dan tanpa proyeksi mental apa pun. Seseorang harus belajar untuk melihat apa yang disebut 'Aku' atau Sour atau Self apa adanya: hanya kombinasi dari kekuatan yang berubah. Ini membutuhkan beberapa penjelasan analitis.
Sang Buddha mengajarkan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang abadi di dalam diri kita, hanyalah kombinasi dari agregat atau kekuatan fisik dan mental (pancakkhandha), terdiri dari tubuh atau materi (rupakkhandha), sensasi (vedanakkhandha), persepsi (sannakkhandha), bentukan mental. (samkharakkhandha) dan kesadaran (vinnanakkhandha). Kekuatan-kekuatan ini bekerja sama dalam arus perubahan sesaat; mereka tidak pernah sama selama dua momen berturut-turut. Mereka adalah kekuatan komponen dari kehidupan psiko fisik. Ketika Sang Buddha menganalisis kehidupan psiko-jasmani, Beliau hanya menemukan lima agregat atau kekuatan ini. Dia tidak menemukan jiwa yang kekal. Namun, banyak orang masih salah paham bahwa jiwa adalah kesadaran.
Sang Buddha berkata, 'Tubuh, bukanlah Diri. Sensasi bukanlah Diri. Persepsi bukanlah Diri. Konstruksi mental bukanlah Diri. Dan kesadaran juga bukan Diri. Menyadari hal ini, sang siswa tidak melekati tubuh, atau sensasi, atau pencerapan, atau konstruksi mental, ataup kesadaran. Tanpa menetapkan nilainya, ia menjadi bebas dari nafsu dan ia menjadi terbebaskan. Pengetahuan pembebasan muncul di sana di dalam dirinya. Dan kemudian dia mengetahui bahwa dia telah melakukan apa yang harus dilakukan, bahwa dia telah menjalani kehidupan suci, bahwa dia tidak lagi menjadi ini atau itu, bahwa kelahiran kembalinya telah dihancurkan.' (Anatta-Lakkhana Sutta).
Comments
Post a Comment