Realisasi kehidupan
Realisasi kehidupan
~ Ven. Dr. Sri Dhammananda
Begitu kita menyadari sifat kehidupan (ditandai dengan ketidakpuasan, perubahan, dan ketiadaan ego) serta sifat keserakahan manusia dan cara untuk memuaskannya, kita kemudian dapat memahami alasan mengapa kebahagiaan yang begitu dicari oleh banyak orang begitu sulit dipahami seperti menangkap sinar bulan di tangan mereka. Mereka mencoba untuk mendapatkan kebahagiaan melalui akumulasi. Ketika mereka tidak berhasil dalam mengumpulkan kekayaan, memperoleh kedudukan, kekuasaan dan kehormatan, dan memperoleh kesenangan dari kepuasan indera, mereka merana dan menderita, iri hati kepada orang lain yang berhasil melakukannya. Namun, bahkan jika mereka 'berhasil' mendapatkan hal-hal ini, mereka juga menderita karena sekarang mereka takut kehilangan apa yang telah mereka peroleh, atau keinginan mereka sekarang telah meningkat untuk kekayaan yang lebih banyak, posisi yang lebih tinggi, kekuasaan yang lebih besar, dan kesenangan yang lebih besar. Keinginan mereka sepertinya tidak pernah bisa sepenuhnya terpuaskan. Inilah mengapa pemahaman tentang hidup itu penting agar kita tidak membuang waktu terlalu banyak untuk melakukan hal yang mustahil.
Di sinilah adopsi suatu agama menjadi penting, karena mendorong kepuasan dan mendesak seseorang untuk melihat melampaui tuntutan daging dan egonya. Dalam agama Buddhisme, seseorang diingatkan bahwa dia adalah pewaris karmanya dan penguasa takdirnya. Untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih besar, dia harus siap untuk melepaskan kesenangan jangka pendek. Jika seseorang tidak percaya pada kehidupan setelah kematian, itupun cukup baginya untuk menjalani kehidupan yang baik dan mulia di dunia, menikmati kehidupan yang damai dan bahagia di sini dan saat ini, serta melakukan tindakan yang bermanfaat, yakni kebahagiaan orang lain.
Namun, jika seseorang percaya pada kehidupan setelah kematian, maka menurut Hukum Karma, kelahiran kembali akan terjadi sesuai dengan kualitas perbuatannya. Seseorang yang telah melakukan banyak perbuatan baik dapat dilahirkan dalam kondisi yang menguntungkan di mana ia menikmati kekayaan dan kesuksesan, kecantikan dan kekuatan, kesehatan yang baik, bertemu dengan teman dan guru spiritual yang baik. Perbuatan baik juga dapat menyebabkan kelahiran kembali di alam surga dan alam luhur lainnya, sementara perbuatan buruk menyebabkan kelahiran kembali di alam penderitaan. Ketika seseorang memahami Hukum Karma, maka dia akan berusaha untuk menahan diri dari melakukan perbuatan buruk, dan berusaha mengembangkan kebaikan. Dengan bertindak demikian, ia memperoleh manfaat tidak hanya dalam kehidupan ini, tetapi juga dalam banyak kehidupan mendatang.
Ketika seseorang memahami sifat manusia, maka beberapa realisasi penting akan muncul. Dia akan menyadari bahwa tidak seperti batu, manusia memiliki potensi bawaan untuk tumbuh dalam kebijaksanaan, welas asih, dan kesadaran yang diubah oleh pengembangan dan pertumbuhan diri. Dia juga memahami bahwa tidak mudah untuk dilahirkan sebagai manusia, juga dapat memiliki kesempatan untuk mendengarkan Dhamma. Selain itu, dia sepenuhnya menyadari bahwa hidupnya tidak kekal, dan oleh karena itu dia harus berusaha untuk mempraktikkan Dhamma selagi dia masih dalam posisi untuk melakukannya. Ia menyadari bahwa praktik Dhamma adalah proses pendidikan seumur hidup yang memungkinkannya melepaskan potensi sejatinya yang terperangkap dalam pikiran ketidak tahuan dan keserakahan.
Berdasarkan penyadaran dan pemahaman tersebut, dia kemudian akan berusaha untuk lebih menyadari apa dan bagaimana dia berpikir, berbicara dan bertindak. Dia akan mempertimbangkan apakah pikiran, ucapan dan tindakannya bermanfaat, dilakukan karena kasih sayang dan memiliki efek yang baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dia akan menyadari nilai sebenarnya dari berjalan di jalan yang mengarah pada transformasi diri sepenuhnya, yang dikenal umat Buddha sebagai 'Jalan Mulia Beruas Delapan'. Jalan ini dapat membantu seseorang untuk mengembangkan kekuatan moralnya (sila) melalui pengendalian perbuatan negatif dan penanaman sifat-sifat positif yang kondusif untuk pertumbuhan pribadi, mental dan spiritual. Selain itu, berisi banyak teknik yang dapat diterapkan seseorang untuk memurnikan pikirannya, memperluas kemungkinan pikiran, dan membawa perubahan total menuju kepribadian yang sehat.
Praktik budaya mental ini (bhavana) dapat memperluas dan memperdalam pikiran terhadap semua pengalaman manusia, serta sifat dan karakteristik fenomena, kehidupan dan alam semesta. Singkatnya, ini mengarah pada pengembangan kebijaksanaan (panna). Saat kebijaksanaannya tumbuh, demikian pula cinta, kasih sayang, kebaikan, dan kegembiraannya. Dia akan memiliki kesadaran yang lebih besar terhadap semua bentuk kehidupan dan pemahaman yang lebih baik tentang pikiran, perasaan, dan motivasinya sendiri.
Comments
Post a Comment