Sila Aktif dan Sila Pasif
Sila Aktif dan Sila Pasif
~ Bhikkhu Sri Pannavaro Maha Thera
Apakah sila yang aktif itu? Sila yang berwujud, yang berupa kewajiban moral kita. Sila yang aktif inilah yang merupakan kewajiban moral berupa berbuat yang baik. Jadi semua perbuatan baik yg bersifat aktif seperti pelaksanaan Dana ini adlh merupakan bagian dari Sila yg aktif ini.
Contoh di pelaksanaan 5 Sila :
Sila yang pertama: Tidak hanya tidak membunuh, itu adalah sila yang pasif, tetapi sila yang aktif adalah tidak hanya tidak membunuh tetapi juga menolong makhluk-makhluk yang menderita. Mempunyai metta karuna, cinta kasih dan welas asih, itu sila yang aktif.
Yang kedua: Tidak hanya tidak mencuri tetapi juga mempunyai sila yang aktif. Kalau hanya tidak mencuri, itu pasif. Apakah yang aktif? Tidak hanya tidak mencuri, tetapi juga berdana, menolong, membantu dan mempunyai mata pencaharian. Seseorang yang tidak mempunyai mata pencaharian akan mudah untuk mencuri.
Yang ketiga: Tidak hanya tidak berbuat asusila, itu sila yang pasif, varitta sila. Tetapi juga ada sila yang aktif, caritta sila. Apakah itu? Tidak hanya tidak melakukan yang tidak susila tetapi membangun kehidupan rumah tangga yang harmoni. Menghargai wanita dan pria dengan sikap yang sama. Itu caritta sila, sila yang aktif.
Apakah yang ke empat? Tidak hanya tidak berbohong, tetapi juga mengucapkan kalimat-kalimat yang baik. Tidak membiasakan untuk berbicara sinis, suka menyindir, mengancam, mengucapkan kata-kata yang menusuk perasaan orang lain. Meskipun itu bertujuan baik, gunakanlah ungkapan-ungkapan yang baik, yang menyenangkan, yang sopan; juga berlaku jujur. Tidak hanya tidak berbohong, tetapi berkata kata yang baik, dan berlaku jujur.
Yang kelima, yang pasif adalah tidak mabuk, tidak makan atau minum yang menghilangkan kesadaran. Tidak mabuk, tidak narkoba, itu sila pasif, lalu apakah yang aktif? Tidak hanya tidak minum atau makan yang memabukkan tetapi makan dan minum yang sehat dan menjaga kesadaran dengan bermeditasi. Itu adalah caritta sila, sila yang aktif.
Untuk bisa menjaga Sila, baik yang pasif maupun yang aktif, Buddha memberikan kunci. Kuncinya adalah khanti dan viriya. Khanti adalah kesabaran. Viriya adalah semangat, usaha dengan sungguh sungguh.
Kalau hanya khanti, sabar saja tanpa usaha, itu kemalasan, tidak akan mendapatkan apa-apa. Tidak hanya urusan Sila, meraih cita-cita, apa pun, kalau hanya sabar menunggu saja, tanpa usaha, apa yang bisa kita dapatkan?
Viriya adalah semangat bersungguh sungguh, semangat yang tidak ada putus-putusnya, berusaha untuk tidak kendor. Usaha yang penuh semangat tetapi tanpa kesabaran, juga harus hati-hati. Bisa menghancurkan kita dan menghancurkan orang lain. Hanya ingin cepat... cepat... cepat... tanpa kesabaran. Itu bisa menjadi kejahatan.
Kesabaran dan usaha harus semangat. Semangat tetapi juga membutuhkan kesabaran. Apa pun yang kita lakukan, menjaga Sila, melakukan kebaikan, meraih cita-cita, di bidang apa pun, semuanya membutuhkan usaha tetapi juga kesabaran. Kedua-duanya, khanti dan viriya harus selalu bersama-sama. Itulah kunci untuk sukses / berhasil. Baik untuk menjaga Sila maupun mencapai cita-cita.
Tetapi kadang-kadang kita merasa tidak melanggar Sila. Kadang-kadang kita merasa tidak berbuat jahat. Tetapi ingat, apa akibat dari perbuatan kita. Kalau akibat perbuatan kita merugikan orang lain, itu kejahatan! Meskipun seolah-olah tidak melanggar Sila.
Comments
Post a Comment