Goal setting dan refleksi 2024
*SKRB Comunity*
Friday, 20 Dec 2924
> Goal yg bagus adalah Goal yg akan berjalan dlm jangka panjang.
> Goal hrs berdasarkan *master blue print yg besar.*
> Will
> Reality
> Grow
> Goals
> Options
*> Kesalahan Fatal saat setting Goal.*
1. Goals betorientasi hasil yg diinginkan tanpa melihat realita & hal dasar yg hrs dikembangkan.
2. Goals dibuat didasari rasa gengsi atau balas dendam
*MindSet penting Mewujudkan Goal*
1. Tidak ada namanya kegagalan, yg ada hanya *SuKses atau Lebih SukSes*.
2. Sya perlu jd org spt apa agar layak & pantas mdptkan goal yg sya mau.
3. Apapun yg sya perlukan, sdh Tuhan letakkan dlm diri sya.
--> Membanding
kan apa yg org
punya, dgn apa
yg anda tidak
punya.
4. Apapun yg blm
sya ketahui hari
ini, akan muncul
jawabannya
ketika dlm
perjalanan.
5. Alam semesta
berkonspirasi
mendukung sya
mendekatkan sya
pd target atau gaya
sya dg cara mudah
& mentenangkan.
*Keluar dr Situasi Negstif dg Cepat & Kembali On Track*
-> Sadari setiap
kejadian adlh
NETRAL adanya &
kekecewaan /
kesedihan hanyalah
sebuah respon dr
berbagai
kemungkinan
respon.
-> Berikan batas
waktu...
-> Tepuk bahu anda
& katakan..
It's OKE.. yuk mulai
lagi .💪
*Mudah & Menyenangkan itu harus WIN-WIN-WIN*
1. WIN utk diri sendiri
2. WIN utk org lain
3. WIN utk alam
semesta
*Makin BESAR & BERMAKNA Goal anda, maka itu yg akan membuat anda KONSISTEN*
*Perbadaan DREAM dg GOAL*
DREAM : Sesuatu yg besar , tp tidak diketahui kapan terwujudnya.
GOAL : Sesuatu yg besar yg sudah direncanakan, dan ditentukan waktunya.
Sistem SMART Goal adalah metode perencanaan tujuan yang memastikan tujuan menjadi jelas, realistis, dan terukur. SMART merupakan akronim dari:
1. Specific (Spesifik)
Tujuan harus jelas dan rinci, tidak bersifat umum.
Contoh: "Saya ingin meningkatkan nilai matematika semester depan."
2. Measurable (Terukur)
Harus bisa diukur keberhasilannya, sehingga Anda tahu apakah sudah mencapainya atau belum.
Contoh: "Saya ingin meningkatkan nilai matematika dari 75 menjadi 85."
3. Achievable (Dapat Dicapai)
Pastikan tujuan realistis dan bisa dicapai berdasarkan kemampuan serta sumber daya yang tersedia.
Contoh: "Dengan belajar 2 jam setiap hari, nilai saya bisa naik."
4. Relevant (Relevan)
Tujuan harus sesuai dengan prioritas atau hal yang penting dalam hidup Anda.
Contoh: "Meningkatkan nilai matematika membantu saya masuk jurusan teknik."
5. Time-bound (Batas Waktu)
Tetapkan tenggat waktu yang jelas agar tetap fokus.
Contoh: "Saya akan mencapai nilai 85 di matematika pada akhir semester ini."
Contoh Lengkap SMART Goal:
"Saya ingin meningkatkan nilai ujian matematika dari 75 menjadi 85 pada akhir semester ini, dengan belajar 2 jam setiap hari dan mengikuti bimbingan belajar setiap minggu."
Sistem ini membantu Anda tetap fokus, termotivasi, dan tahu langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan.
Tujuan yang bermakna adalah sasaran atau cita-cita yang memiliki nilai mendalam bagi seseorang, baik secara pribadi maupun untuk orang lain. Tujuan ini biasanya selaras dengan nilai, keinginan, atau prinsip hidup seseorang sehingga memberikan motivasi dan kepuasan emosional saat mencapainya.
Ciri-ciri tujuan yang bermakna:
1. Relevan dengan nilai pribadi: Tujuan ini mencerminkan hal-hal yang dianggap penting oleh individu.
2. Bermanfaat bagi diri sendiri atau orang lain: Selain memberikan kebahagiaan pribadi, tujuan ini sering berdampak positif pada orang lain atau lingkungan.
3. Memberikan motivasi jangka panjang: Karena memiliki arti khusus, tujuan ini memotivasi seseorang untuk terus berusaha meskipun menghadapi tantangan.
4. Menginspirasi pertumbuhan: Tujuan ini membantu seseorang berkembang, baik secara mental, emosional, atau spiritual.
Contoh:
Menjadi dokter untuk membantu masyarakat di daerah terpencil.
Mengurangi sampah plastik untuk menjaga lingkungan bagi generasi mendatang.
Membina hubungan yang sehat dengan keluarga dan sahabat.
REFLEKSI 2024 MENUJU 2025, KEINGINAN (TANHA) DALAM BERBISNIS
"Dari nafsu keinginan lahir kesedihan; dari nafsu keinginan lahir ketakutan. Bagi orang yang bebas dari nafsu, tidak ada kesedihan maupun ketakutan"
(Dhammapada, Bab XV: 216).
Dalam agama Buddha, konsep keinginan (tanha) sering dibahas dalam konteks mengenai Dukkha (penderitaan) dan jalan menuju Nirvana. Konsep keinginan (tanha) ini perlu dipahami dengan benar, bahwa keinginan dalam ajaran Buddha ini tidak berarti menolak 'semua' keinginan, tetapi harus mampu mengelola dan mengarahkan keinginan tersebut secara bijaksana untuk mengurangi penderitaan dan mencapai pencerahan.
Ajaran Buddha tentang keinginan tidak mengajarkan untuk sepenuhnya menghilangkan keinginan, tetapi lebih pada mengelola keinginan tersebut agar tidak menjadi sumber penderitaan. Dalam bisnis, ini berarti memiliki ambisi yang sehat dan niat yang baik untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat maupun bagi lingkungannya.
Memajukan bisnis tanpa keinginan dalam berusaha bertentangan dengan prinsip-prinsip bisnis modern yang penuh dengan persaingan dan perjuangan. Ajaran Buddha dapat diterapkan dalam konteks bisnis dengan cara yang lebih bijak dan seimbang. Ada beberapa cara prinsip-prinsip Buddhis dapat diaplikasikan dalam bisnis modern untuk tetap bisa berkompetisi dan maju:
NIAT YANG BENAR
Menurut ajaran Buddha, niat yang benar adalah salah satu dari delapan jalan mulia. Dalam bisnis, ini berarti memiliki niat yang benar dalam menjalankan bisnis, yaitu niat untuk memberikan manfaat kepada orang lain, bukan hanya mengejar keuntungan pribadi. Dengan niat yang benar, semangat berusaha tetap ada namun didorong oleh tujuan yang lebih mulia.
KEWASPADAAN PENUH (MINDFULNESS)
Dengan menerapkan kewaspadaan penuh, pengusaha dapat lebih sadar terhadap tindakan mereka dan dampaknya pada karyawan, pelanggan, dan lingkungan. Mindfulness membantu dalam pengambilan keputusan yang bijak dan beretika, sehingga bisnis dapat berkembang dengan cara yang berkelanjutan.
KEPUASAN DALAM PROSES
Keinginan yang berlebihan seringkali menyebabkan stres dan ketidakpuasan. Sebaliknya, fokus pada proses dan menikmati perjalanan bisnis dapat memberikan kepuasan dan motivasi yang lebih stabil. Ini tidak berarti menghilangkan semua ambisi, tetapi lebih pada menyeimbangkan keinginan dengan kepuasan dari usaha yang dilakukan.
WELAS ASIH BERETIKA
Menjalankan bisnis dengan welas asih dan etika dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan loyalitas pelanggan. Pengusaha yang memperlakukan karyawan dan pelanggan dengan hormat dan empati biasanya akan melihat bisnis mereka berkembang secara alami.
MENGELOLA KEINGINAN
Dalam Buddhisme, keinginan yang tidak terkontrol adalah sumber penderitaan. Namun, keinginan yang dikelola dengan baik dan diarahkan pada tujuan yang positif dapat menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik. Ini berarti memiliki ambisi, tetapi tidak membiarkannya menguasai hidup dan keputusan bisnis.
KESEIMBANGAN
Prinsip jalan tengah Budhisme mengajarkan untuk tidak ekstrem dalam segala hal, termasuk dalam ambisi bisnis. Menemukan keseimbangan antara usaha keras dan menjaga kesejahteraan diri adalah kunci untuk keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang.
SELAMAT TAHUN BARU 2025 🎊🎉✨
SELALU SUKSES BERKELANJUTAN 💰💵
PENUH KEBAHAGIAAN DAN SEHAT LAHIR BATIN ❤️🪷🍑
Comments
Post a Comment