Engkau bertanggung jawab
Engkau Bertanggung Jawab (1)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Kita semua terbiasa untuk menyalahkan pihak lain atas kelemahan dan ketidak-beruntungan yang kita alami. Pernahkah terlintas dalam pikiranmu bahwa sebenarnya engkau sendirilah yang bertanggung jawab atas segala permasalahanmu?
Penderitaanmu tidak ada hubungannya dengan kutukan keturunan atau dosa asal dari nenek moyang. Juga bukan hasil perbuatan dewa atau setan. Penderitaanmu adalah hasil perbuatanmu sendiri. Dengan demikian, engkau adalah penjerat sekaligus pembebas dirimu sendiri. Pada saat yang sama, engkaulah yang menciptakan neraka maupun surga bagi dirimu sendiri. Engkau mampu menjadi seorang pendosa atau sebaliknya, seorang suci. Tak ada pihak lain yang membuatmu menjadi seorang pendosa ataupun seorang suci.
Engkau harus belajar untuk meletakkan beban tanggung jawab atau kehidupanmu di atas pundakmu. Engkau harus belajar untuk mengakui kelemahanmu sendiri tanpa menyalahkan maupun menyusahkan pihak lain. Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan:
“Orang yang tidak berakal budi selalu menyalahkan orang lain, orang yang cukup berakal budi menyalahkan dirinya sendiri, dan orang yang sangat berakal budi tidak menyalahkan siapapun.”
Engkau Bertanggung Jawab (2)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Jikalau suatu masalah muncul, kita sebagai makhluk yang berakal budi seharusnya mencoba untuk mencari di mana akar permasalahannya tanpa perlu menyalahkan siapapun. Jika setiap orang dapat memperbaiki dirinya sendiri, tidak akan ada masalah atau konflik di dunia ini.
Tetapi masalahnya, manusia tidaklah mau berusaha untuk meningkatkan pengertian mereka dengan bertindak adil. Mereka lebih senang mencari kambing hitam. Mereka selalu melihat keluar untuk mencari sumber masalah mereka karena mereka tidak mau mengakui kelemahan mereka sendiri.
Pikiran manusia dipenuhi terlalu banyak penipuan diri sehingga manusia selalu berusaha mencari alasan untuk pembenaran diri agar dia tidak terlihat bersalah. Sang Buddha mengatakan:
“Sangatlah mudah melihat kesalahan orang lain, sangat sukar melihat kesalahan diri sendiri.” (Dhammapada)
Untuk menutupi kelemahan mereka dengan pernyataan tidak bersalah, banyak orang menggunakan sikap keras untuk menggertak orang lain dan berpikir bahwa dengan cara itu mereka dapat menghindari situasi yang memalukan, atau mengalahkan ketidakpuasan orang lain terhadap mereka. Mereka tidak menyadari bahwa cara itu hanya akan menambah masalah baru bagi mereka selain membangkitkan suasana yang tidak menyenangkan di sekitar mereka.
Engkau harus mengakui bahwa engkau bersalah. Jangan mengikuti cara orang yang tidak berakal budi yang selalu menyalahkan orang lain. Sang Buddha juga mengatakan:
“Orang bodoh yang tidak tahu dirinya bodoh adalah orang yang benar-benar bodoh. Dan orang bodoh yang mengakui bahwa dirinya bodoh sebenarnya adalah orang bijaksana. (Dhammapada)
Engkau Bertanggung Jawab (3)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Engkau bertanggung jawab atas segala masalahmu. Pada saat engkau membiarkan bahkan suatu hal sepele mengusik dan mengganggu pikiranmu, pada saat itu juga engkau membiarkan dirimu menderita. Engkau harus mengerti bahwa tidak ada yang tidak beres dengan dunia ini, tetapi diri kita semualah yang bermasalah.
Tanggung Jawabmu Menciptakan
Saling Pengertian. Ingatlah bahwa apapun yang terjadi, engkau tidak dapat disakiti jika engkau tahu bagaimana cara mempertahankan pikiran yang tenang seimbang. Engkau hanya disakiti oleh sikap mental yang engkau gunakan atas dirimu sendiri dan terhadap orang lain.
Jika engkau bersikap penuh kasih terhadap orang lain, engkau juga akan memperoleh perlakuan yang penuh kasih sayang. Jika engkau memperlihatkan kebencian, engkau pasti mendapatkan balasan kebencian. Orang yang penuh kemarahan seperti mengeluarkan racun dari dirinya; dia melukai dirinya lebih daripada melukai orang lain. Orang yang dipenuhi kemarahan tidaklah dapat melihat dengan jelas bagaikan dibutakan oleh asap. Orang yang cukup bijaksana untuk tidak menjadi marah tidaklah dapat disakiti.
Ingatlah selalu bahwa tak seorangpun dapat menyakitimu kecuali engkau sendiri mengijinkannya. Jika engkau melangkah di Jalan Kebenaran (Dhamma), Kebenaran akan melindungimu. Sang Buddha mengatakan:
“Siapapun yang menyakiti seseorang yang tidak menyakiti, yang murni dan tak bernoda, maka kejahatan si bodoh akan berbalik padanya seperti debu yang dilemparkan melawan arah angin.”
(Dhammapada)
Jika engkau membangkitkan kemarahan orang lain, engkau bertanggung jawab atas reaksi yang muncul. Dengan bersikap keras, engkau hanyalah memenuhi keinginan musuhmu.
Jangan salahkan orang lain Jika engkau belajar untuk menjaga pikiranmu selayaknya, apapun yang terjadi di luar dirimu tidak akan mempengaruhimu. Engkau tidak bisa menyalahkan keadaan jika masalah datang. Engkau tidak boleh berpikir bahwa engkau tidak beruntung, bahwa engkau adalah korban nasib, atau seseorang mengutukmu atau menggunakan ilmu hitam terhadapmu. Apapun alasan yang engkau berikan, engkau tidak bisa menghindari tanggung jawab atas perbuatanmu. Berusahalah mencari jalan keluar bagi masalahmu tanpa bersungut-sungut. Berusaha untuk bekerja dengan gembira bahkan dalam keadaan yang sangat menekan.
Engkau Bertanggung Jawab (4)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Hadapilah setiap perubahan dengan berani jika perubahan itu memang harus atau perlu terjadi; berani untuk menerima apa yang tidak dapat engkau hindari. Bijaksanalah untuk mengerti keadaan dunia yang tidak pasti ini, yang mempengaruhi semua orang. Karena itu engkau harus membangkitkan keberanian untuk menghadapi kekecewaan dan masalah tanpa perasaan putus asa. Kesulitan memang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Kita harus menghadapinya dengan berani. Jika engkau tahu bagaimana cara menaklukkan masalahmu tanpa membuat masalah baru, engkau adalah orang yang bijaksana.
Orang yang berusaha melayani orang lain juga menghadapi masalah. Bahkan mereka lebih banyak disalahkan daripada orang yang tidak melayani orang lain sama sekali. Janganlah engkau patah semangat; sebaliknya, mengertilah bahwa pelayanan demi kepentingan orang lain pada akhirnya hanya akan membuahkan kebahagiaan sebagai hadiahnya. Dalam memberikan pelayanan kepada orang lain, kita pertama-tama harus memiliki pengetahuan dan pengertian. Bertrand Russell, seorang filsuf dari Inggris, mengatakan:
“Cinta kasih tanpa pengetahuan dan pengetahuan tanpa cinta kasih tidak dapat menghasilkan kehidupan yang baik.”
Engkau Bertanggung Jawab atas Kedamaian Dirimu. Engkau harus belajar untuk melindungi ketenangan dan kedamaian pikiranmu. Untuk menjaga kedamaianmu, engkau harus tahu bagaimana mengalahkan dirimu sendiri; engkau juga harus tahu kapan mengabaikan harga dirimu, kapan meredam keangkuhanmu, kapan membuang kekerasan hatimu, dan kapan bersabar. Jangan biarkan orang lain mengambil ketentramanmu. Engkau bisa mempertahankan kedamaianmu jika engkau tahu bagaimana bertindak bijaksana.
Engkau Bertanggung Jawab (5)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Kebijaksanaan datang dari pengertian. “Manusia bukanlah malaikat yang jatuh, tetapi hewan yang bangkit.” Gunakanlah segenap kemampuanmu dengan penuh keteguhan untuk berdiri di atas prinsipmu secara damai. Pada saat yang sama, rendahkan hatimu demi perdamaian, dan toleransi guna menghindari bentrokan dan kekerasan. Dengan demikian, engkau tidaklah kehilangan apapun melainkan mendapatkan pada akhirnya.
Engkau harus belajar untuk menjaga dirimu sendiri terhadap kritik yang tidak adil dan bagaimana mengambil manfaat dari kritik yang membangun. Engkau harus selalu bersikap objektif dalam menghadapi kritik. Jika kritik yang ditujukan kepadamu tidak adil, jahat, licik, janganlah engkau menyerah kalah. Jika engkau tahu bahwa engkau tidak bersalah, sikapmu benar dan dipuji oleh orang bijaksana, maka tidak usahlah engkau memikirkan kritik yang buruk itu. Pengertianmu atas kritik yang membangun maupun yang merusak adalah penting bagimu untuk menetapkan cara hidupmu dalam hidup di masyarakat manapun. Sang Buddha mengatakan:
“Tak ada seorangpun yang tidak dicela di dunia ini.”
Jangan Harapkan Apapun dan Tak Ada Apapun yang akan Mengecewakanmu
Engkau dapat menghindari kekecewaan dengan cara tidak mengharapkan apapun atas apa yang engkau lakukan. Jika engkau tak mengharapkan apapun, maka tak ada apapun yang dapat mengecewakanmu.
Lakukanlah sesuatu untuk membantu orang lain untuk mengurangi penderitaan. Jika engkau dapat melakukan hal itu tanpa mengharapkan imbalan, maka tidak ada hal yang dapat menyebabkanmu kecewa. Engkau akan menjadi orang yang selalu merasa puas dengan keadaan!
Kebahagiaan yang muncul di dalam pikiranmu karena engkau telah berbuat baik adalah imbalan yang besar bagimu. Kebahagiaan itu membuahkan kepuasan yang besar di dalam hidupmu. Dengan mengharapkan imbalan, engkau bukan saja kehilangan kebahagiaanmu, tetapi engkau juga akan mengalami kekecewaan yang pahit.
Engkau Bertanggung Jawab (6)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Mungkin engkau adalah orang yang memang berjiwa baik sehingga engkau tidak menyakiti orang lain. Tetapi tetap saja engkau disalahkan meskipun telah berbuat kebaikan. Mungkin engkau bertanya-tanya, ‘Jika kebaikan mendatangkan kebaikan dan kejahatan mendatangkan kejahatan, mengapa saya harus menderita padahal saya tidak bersalah? Mengapa saya harus mengalami begitu banyak kesulitan? Mengapa saya dihadang berbagai masalah? Mengapa saya disalahkan padahal saya telah berbuat baik.
Jawabannya sederhana saja, yaitu pada saat engkau melakukan suatu kebaikan, engkau mungkin secara tidak sengaja bersimpangan jalan dengan suatu kekuatan jahat yang ada di dunia ini. Kekuatan jahat ini tentu saja mengganggu kebaikan itu. Jika bukan karena hal itu, mungkin saja engkau sedang mencicipi buah pahit dari perbuatan burukmu yang lampau (kamma) yang sedang berbuah pada saat sekarang. Dengan terus melakukan perbuatan baikmu dengan perhatian yang baik, pada akhirnya engkau akan terbebas dari segala masalah tersebut. Karena engkaulah yang pertama kali memulai kekecewaan itu, maka sangat masuk akal bahwa hanya engkau yang dapat mengalahkannya —dengan mengerti situasi sebenarnya dari kehidupan kita di dunia.
“Dengan melindungi orang lain, engkau melindungi dirimu sendiri. Dengan melindungi dirimu sendiri, engkau melindungi yang lain.”
Banyak hal dalam dunia ini berada di luar kemampuan kita untuk mengaturnya. Perubahan yang tak terduga, pengaruh yang bermacam-macam dan ketidak pastian terjadi untuk mengecewakan kita. Itulah yang kadangkala menyulitkan untuk berbuat baik dalam situasi yang selalu berubah. Jika orang mau melakukan nasehat Sang Buddha, setiap orang dapat berpartisipasi dalam menciptakan perlindungan bersama.
Rasa Syukur adalah Berkah Yang Langka
Sang Buddha menganggap rasa syukur adalah berkah utama. Ya, memang benar bahwa berkah itu langka dalam masyarakat manapun. Engkau tidak dapat mengharapkan orang lain selalu merasa berterima kasih atas apa yang telah engkau lakukan bagi mereka.
Engkau Bertanggung Jawab (7)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Engkau dapat membuang rasa khawatir dan kesulitan yang tidak perlu hanya dengan cara tidak membandingkan dirimu dengan yang lain. Sepanjang engkau menganggap yang lain ‘setara’, ‘lebih’, atau ‘kurang’, engkau mengalami prasangka dan kegelisahan. Jika engkau tidak melakukan hal itu, tak ada yang perlu engkau khawatirkan. Jika engkau pikir dirimu lebih baik daripada yang lain, engkau akan menjadi sombong. Jika engkau berpikir dirimu biasa saja, yang lain bisa lebih rendah daripadamu. Jika engkau berpikir dirimu serba kurang, engkau dapat kehilangan rasa percaya diri.
Bagi sebagian besar orang, meredam kesombongan adalah hal yang sangat sukar dilakukan. Sangat dianjurkan untuk berlatih mengurangi kesombongan. Jika engkau dapat mengorbankan kesombonganmu, maka engkau akan mendapatkan kedamaian batinmu. Engkau dapat hidup harmonis dengan yang lain sehingga engkau mengalami kedamaian dan kebahagiaan. Manakah yang lebih penting, mempertahankan harga diri atau kedamaian batin? Cobalah untuk mengerti bahwa persamaan, kekurangan dan kelebihan semuanya adalah kondisi yang selalu berubah.
Engkau sekarang mungkin miskin tetapi ada saat yang lain engkau dapat saja menjadi kaya raya. Hari ini engkau bodoh, pada saat berikut engkau dapat saja menjadi bijaksana. Hari ini engkau mungkin sedang sakit dan tidak bahagia tetapi setelah beberapa waktu engkau akan menjadi sehat kembali. Meskipun demikian, ada nilai-nilai yang secara teoritis dianggap sebagai warisan kemanusiaan —hak-hak asasi manusia, kehormatan, status dan lain sebagainya. Orang lain tidak berhak merenggutnya darimu.
“Jika engkau baik terhadap dirimu, engkau baik terhadap orang lain. Jika engkau baik terhadap orang lain, engkau baik terhadap dirimu.”
Engkau harus menyadari bahwa mungkin engkau juga telah ikut menyumbangkan sesuatu yang baik secara sengaja maupun tidak sengaja, kepada kesulitan dan masalah sekarang yang terjadi atas dirimu. Penting untuk engkau ketahui bagaimana cara mengatasi masalahmu yang akan datang dari berbagai sumber. Jika pengertianmu cukup mendalam untuk mendorong keluar tanggung jawabmu sebagai penyumbang masalah yang terjadi sekarang, engkau pastilah mengerti bagaimana cara terbaik mengatasi masalah.
Kemudian engkau juga akan tahu bagaimana cara menangani si pembuat masalah dan lawanmu. Mereka yang melawanmu juga memiliki hati nurani manusia. Karena itu, tidaklah sukar untuk merangkul mereka; membangun persahabatan dengan mereka dan bukannya menjauhi mereka. Jika engkau cukup kuat untuk menahan sikap buruk mereka, maka tidaklah ada alasan untuk menghindari mereka. Melalui hubunganmu dengan orang-orang seperti itu, engkau dapat mempengaruhi mereka untuk kebaikan mereka. Ingatlah bahwa pengertianmu sendirilah yang melindungimu dari musuh-musuhmu dan yang membantumu untuk membimbing mereka ke arah yang benar.
Jika ada orang yang melakukan kesalahan terhadapmu karena kebodohannya atau karena salah mengerti, inilah kesempatan yang sangat baik bagimu untuk menunjukkan kebijaksanaanmu, pengetahuanmu, dan pengetahuan religiusmu. Apalah gunanya semua hal yang telah engkau pelajari dan ketahui jika engkau tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan sikapmu seperti seseorang yang patut dihormati terutama pada saat sulit?
Manusia adalah makhluk pelupa terutama dalam hal mengingat jasa yang telah lewat. Jika orang lain tidak berterima kasih, engkau harus belajar untuk menerima mereka sebagaimana adanya —begitulah caramu menghindari kekecewaan. Engkau dapat merasa bahagia tanpa tergantung apakah orang lain berterima kasih atas kebaikan dan pertolonganmu; engkau hanya perlu memikirkan dan merasa puas bahwa engkau telah melakukan jasa baik sebagai manusia terhadap sesama.
Engkau Bertanggung Jawab (8)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Pada saat orang lain bersalah kepadamu, engkau harus menganggap perbuatan mereka sebagai kesempatan bagimu untuk melatih kesabaran dan rasa cinta kasihmu. Kesabaran adalah salah satu kualitas utama yang harus dikembangkan oleh setiap orang. Semakin banyak engkau melatihnya, semakin engkau mampu menghargai dirimu.
Engkau harus tahu bagaimana cara menggunakan pengetahuan dan prinsipmu untuk menghadapi orangorang yang bersikap jahat terhadapmu. Saatnya akan tiba di mana mereka akan menyadari kebodohan mereka dan mengubah sikap jahat mereka. Seringkali, ada orang-orang yang berusaha memanfaatkan kebaikan dan kesabaranmu, dan menganggapnya sebagai kelemahanmu. Inilah saatnya bagimu untuk bersikap bijaksana tanpa menjadi korban orang-orang seperti itu.
“Kebaikan harus dilakukan dengan bijaksana.” Kebaikan, kejujuran, dan kesabaran adalah ladang yang subur bagi orang-orang licik untuk menjalankan aksi liciknya terhadap orang-orang yang memiliki sifat-sifat luhur ini.
Engkau Bertanggung Jawab (9)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Melakukan pembalasan terhadap si pembuat masalah hanyalah akan menimbulkan lebih banyak lagi masalah dan gangguan. Engkau harus menyadari bahwa perasaan negatif dan sikap buruk hanya akan menyakiti dan mendatangkan penderitaan kepada engkau sendiri dan si pembuat masalah. Untuk memperbaiki keadaan, engkau harus melepaskan kebencian di dalam hatimu.
Kebencian adalah racun. Karena racun ini pertama-tama timbulnya di dalam dirimu, maka sudah pasti engkaulah orang pertama yang disakitinya sebelum racun itu dapat melukai orang lain. Sebelum engkau dapat melemparkan bara api kepada orang lain, tanganmulah yang pertama kali terbakar. Jika engkau berbuat seperti itu, maka engkau menjadi sama dengan si pembuat masalah.
Dengan membenci orang lain, engkau hanya memberikan kemenangan kepada mereka. Engkau tidak menyelesaikan masalahmu. Jika engkau menjadi marah terhadap orang yang hanya tersenyum kepadamu, maka engkau akan merasa kalah dan sengsara. Karena orang itu tidak akan membantumu untuk memenuhi keinginanmu, dialah pemenangnya. Sang Buddha mengajarkan kepada kita bagaimana hidup bahagia dalam kesukaran.
“Berbahagialah orang yang hidup tanpa membenci di tengah orang yang membenci. Di tengah orang yang membenci, kita hidup tanpa membenci.”
(Dhammapada)
Engkau Bertanggung Jawab (10)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Kita dapat hidup berbahagia tanpa mengobarkan api kebencian. Mungkin engkau belum cukup kuat untuk mengembangkan cinta kasih terhadap musuh-musuhmu; tetapi demi kesehatan dan kebahagiaanmu sendiri dan orang lain di sekelilingmu, setidaknya engkau belajar mengampuni dan melupakan.
Dengan tidak membenci dan menghancurkan si pembuat masalahmu, engkau menjadi orang yang patut dihormati. Untuk melakukannya, engkau harus mengerti bahwa orang yang telah dibutakan oleh kemarahan, kedengkian, dan kebodohan. Dia tidaklah berbeda dengan kebanyakan orang lain di dunia yang seringkali dibutakan oleh pikiran-pikiran buruk ini.
Sang Buddha mengatakan:
“Orang jahat tidaklah jahat dari mulanya. Mereka melakukan kejahatan karena kebodohan.”
Karena itulah mereka sebenarnya perlu bimbingan ke arah kebaikan. Janganlah kita mengutuk mereka. Tidaklah pantas bagi kita untuk mengatakan bahwa mereka harus dikutuk untuk menderita seumur hidup, karena tidak ada kata terlambat untuk membuat mereka menyadari kesalahan mereka. Kita harus mencoba menyampaikan kepada mereka dengan cara yang meyakinkan bahwa cara mereka adalah salah. Dengan pengertian ini, engkau dapat memperlakukan orang jahat seperti seorang dokter yang merawat pasiennya yang menderita sakit. Pada saat si pasien sembuh, maka semua pihak juga menjadi senang dan bahagia. Orang bodoh harus dibimbing oleh orang bijaksana.
“Kehidupan yang baik terlahir dari cinta kasih dan dipimpin oleh pengetahuan.”
Engkau Bertanggung Jawab (11)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Jika seseorang melakukan suatu kesalahan terhadapmu karena kebodohannya atau salah pengertian, maka itulah saatnya bagimu untuk menyinarkan cahaya cinta kasihmu terhadap orang itu. Suatu hari nanti, ia pasti akan menyadari kebodohannya dan meninggalkan kejahatannya.
Maka lebih baik memberi kesempatan untuk menjadi baik. Penyesalannya atas segala perbuatan jahat yang telah dilakukannya akan mendorongnya untuk berubah menjadi lebih baik dan pada akhirnya ia akan merasa sangat berterima kasih atas jasa baikmu. Nasehat Sang Buddha yang penuh cinta kasih adalah:
“Kebencian tidak akan bisa dihapus dengan kebencian; hanya cinta kasih yang dapat memadamkannya. Ini adalah hukum abadi.” (Dhammapada)
Jika engkau dapat menyebarkan cinta kasih, tak ada yang akan menyakitimu. Hal ini akan membuat sehat baik secara fisik maupun mental. Kehidupan ada iramanya tersendiri. Pada saat tertentu engkau kehilangan, pada saat lain engkau mendapatkan. Orang yang tidak mengenal prinsip ini sering mendapatkan masalah dan kesulitan dalam hidupnya.
Jika seseorang menyakitimu terus menerus, engkau harus bertindak bijaksana untuk berusaha memperbaiki kesalahannya setiap kali ia berbuat. Meskipun tidaklah mudah melakukannya, engkau seharusnya mencoba untuk mengusahakan yang terbaik dengan mencontoh apa yang dilakukan oleh Sang Buddha. Kemudian engkau pada akhirnya akan menyadari bahwa hal itu adalah mudah dilakukan. Sikap Sang Buddha dalam situasi seperti ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
“Semakin banyak kejahatan dilakukan terhadapku, semakin besar kebaikan yang terpancar dariku.”
Banyak orang berpikir bahwa mengembalikan kebaikan atas kejahatan tidaklah berguna. Coba dan buktikanlah sendiri. Jika engkau merasa masih terlalu sulit bagimu untuk memberikan kebaikan atas kejahatan, maka engkau dapat melindungi dirimu dengan cara tidak mengembalikan kejahatan atas kejahatan “Pengertian tentang mengasihi diperlukan orang bodoh yang melakukan kesalahan.”
Engkau Bertanggung Jawab (12)
~ Ven. Dr. K. Sri Dhammananda
Semua manusia memiliki kelemahan dan karena itu cenderung untuk melakukan kesalahan. Semua manusia memiliki keinginan, kemarahan, dan kebodohan. Kelemahan-kelemahan ini terdapat di dalam diri setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda. Kecuali jika engkau sudah mencapai kesempurnaan atau menjadi seorang arahat, engkau tak terkecuali. Sifat dasar pikiran manusia adalah seperti pepatah berikut:
“Orang tidak puas dengan hidupnya dan tidak pernah menemukan tujuan hidupnya bahkan setelah memiliki seluruh dunia.”
Mari perhatikan dengan cermat orang yang diselimuti kebodohan. Pikirannya dibutakan oleh gangguan, kebingungan, dan kegelapan. Karena kebodohannya, manusia menciptakan ketidak beruntungan dan dia membagikannya kepada orang lain. Sebagian besar dari perasaan khawatir dan sengsara dari semua manusia adalah akibat dari keadaan dunia yang selalu berubah dan ketamakan manusia untuk mendapatkan kesenangan duniawi yang dalam pikiran sempitnya akan berlangsung selamanya.
Kekecewaan dan keinginan yang tidak terpenuhi, yang muncul dari perubahan tak terduga menciptakan rasa khawatir. Kesimpulannya, engkau sendiri yang bertanggung jawab atas kekhawatiranmu.
Tak seorangpun sempurna di dunia ini; setiap orang dapat saja melakukan kesalahan atau perbuatan buruk sewaktu-waktu. Jadi, bagaimanakah engkau dapat berpikir bahwa dirimu bersih dari kesalahan dan kejahatan? Kebodohan adalah sebab utama yang memupuk ketamakan yang pada akhirnya menciptakan kekhawatiran.
“Ketakutan dan kekhawatiran sirna pada saat kebodohan dihapus oleh pengetahuan.”
Jika engkau dapat mengerti kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pikiran manusia, maka tidak ada alasan bagimu untuk menggerutu atas masalahmu. Engkau harus berani menghadapinya. Pikiran manusia bertanggung jawab atas kebahagiaan dan penderitaannya.
“Tak ada sesuatu apapun yang terjadi pada manusia yang tidak berasal dari dirinya sendiri.” (C.G. Jung, seorang psikolog terkenal)
Comments
Post a Comment